Oleh: Ustadz Mukhtar
Alumni PP. Al-Khoirot
Buletin Alkhoirot Edisi 32/Vol. 02/Oktober/ 2010
Tak dapat diragukan lagi umat Islam yang dewasa ini berjumlah lebih dari satu seperempat milyar ternyata belum mempunyai sarana pers berskala internasional yang mampu bersaing dengan media massa Barat.
Menurut DR. Roger Gerandy, ilmuwan Muslim Perancis kelahiran Merseilies 1913, Zionisme internasional telah menguasai hampir 95% penerbitan di Amerika Serikat. Sebagai akibatnya, segala pemberitaan yang terkait dengan Dunia Islam disesuaikan dengan desain, plot, dan kepentingan politik pers Barat. Misalnya ketika pers-pers Barat melansir fenomena kebangkitan Islam yang bergaung sejak akhir 1970-an hingga dewasa ini, media-media Barat memaparkan peristiwa Dunia Islam dengan sikap sinis, cemberut, dan dalam skala tertentu, sikap anti Islam.
ISTILAH FUNDAMENTALISME ISLAM
Sejak beberapa dekade yang lalu, media-media Barat menampilkan sosok Islam dalam perspektif Barat. Islam dideskripsikan sebagai agama yang kolot, tidak rasional, anti iptek, tidak modern, agama yang disiarkan dengan pedang, agama yang merendahkan martabat kaum wanita, dan lain-lain. Kaum muslimin diidentikkan dengan istilah-istilah yang menyeramkan seperti kata kaum fanatist, ekstrimis, agressor, insurgent, sparatis, dan lain-lain. Sejak dua dekade lalu, dimunculkan istilah fundamentalisme Islam dan Islam fundamentalis dalam rangka memojokkan setiap adanya fenomena kebangkitan Islam.
Fundamentalisme Islam mendapat julukannya ketika dimulainya gerakan berskala intrnasional untuk mengajak umat Islam kembali kepada tradisi kehidupan generasi pertama Islam. Sebutan ini lebih mengarah kepada organesasi dakwah atau kelompok yang bergerak di bidang keagamaan, sosial dan politik. Gerakan ini pada dasarnya mewakili sebagian umat Islam yang menyadari bahwa mereka lengah menghadapi berbagai penindasan budaya, ekonomi, politik dan sosial dalam percaturan internasional.
ISTILAH TERORISME ISLAM
Istilah terorisme Islam merupakan sebutan yang dikenakan untuk mendiskripsikan berbagai aksi kekerasan yang melibatkan langsung maupun tak langsung gerakan, organesasi, maupun individu yang memiliki hubungan dengan Islam. Dengan sebutan ini orang akan memahami bahwa umat Islam adalah kaum haus darah, barbar, brutal, suka kekerasan serta berbagai atribut negatif lainnya. Berbagai kasus pemboman yang terjadi di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, meskipun belum ada bukti kuat, sering dikaitkan dengan umat Islam. Dalam pemberitaan media, istilah terorisme sering dikaburkan dan bermakna ganda.
Tudingan terhadap umat Islam sebagai teroris oleh madia-media Barat dan sekutunya pada akhirnya menjadikan istilah teroris ditujukan kepada teroris Islam. Hal ini dikaitkan dengan wilatah maupun negara dimana Barat menjadikannya sasaran tembak. Seperti Amerika menuduh Iran, sebagai negara sponsor terorisme karena mendukung perjuangan kelompok Islam bersenjata, Suriah masuk dalam daftar negara teroris karena melindungi pejuang Muslim Palestina, Sudan juga dijuluki negra teroris karena pemerintah Sudan memberlakukan penerapan syari’at Islam di sana.
ISTILAH BOM ISLAM (ISLAMIC BOMB)
Pemojokan dan kebencian terhadap umat Islam tidak hanya pada pelabelan istilah “teroris” terhadap berbagai kelompok atau gerakan Islam tertentu, tetapi juga pada negara-negara Islam yang mencoba menggunakan teknologi dan persenjataan nuklir, Amerika secara terang-terangan telah menuduh Pakistan dan negara-negar lain sebagai bom Islam. Padahal mereka juga memiliki persenjataan-persenjataan nuklir, tetapi tidak pernah ada sebutan Bom Yahudi, Bom Barat dan lain-lain.
ISTILAH GERAKAN EKSTRIMIS
Sejak derkade 70-an telah muncul berbagai gerakan-gerakan Islam di seluruh penjuru dunia. Fenomena ini ditandai dengan maraknya masjid-masjid dengan aktivitas keislaman, munculnya partai-partai Islam, penyebaran buku-buku Islam, seminar-seminar dan lain-lain. Di Mesir, muncul gerakan Ikhwanul Muslimin, di Palestina ada HAMAS, di Tunisia berdiri Hizb An-Nahdhhah, di Sudan terdapat National Islamic Front (NIF), dan lain-lain.
Terhadap fenomena ini, media-media Barat menjulukinya dengan istilah Islam radikal, fundamentalis, militan, teroris, dan julukan-julukan negatif lainnya, demikian juga pemojokan terhadap para aktivisnya dilabelkan dengan aktivitis Muslim radikal. Sebutlah semisal Syehk Ahmad Yasin (Palestina), Syekh Omar Abdul Rahman (Mesir), Dr. Hasan Turabi (Sudan), Abdullah Ocalan (Kurdi), dan lain-lain. Istilah-istilah tersebut selain menyesatkan juga merupakan deformasi terhadap uamat Islam dan Dunai Islam.
NEGARA ISLAM GARIS KERAS
Istilah negara Islam dimaksudkan sebagai negara dimana mayoritas penduduknya muslim. Dari 53 negara Islam yang tergabung dalam OKI, hanya sedikit yang telah menerapkan syariat Islam dan berjuang menegakkan syariat Islam. Namun negara-negara yang sedang berjuang menegakkan syariat Islam sering dilabelkan sebagai sebagai negara Islam garis keras dan dianggap membahayakan Barat. Sebutlah semacam Sudan, Iran, Pakistan dan laian-lain.
Bahkan tidak hanya pada tingkat penamaan, tetapi juga pada kebijakan politik, sehingga muncul pengucilan, embargo ekonomi, pemutusan hubungan diplomatik, dan lain-lain. Dengan demikian istilah negara Islam garis keras dimaksudkan sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim dan berusaha menerapkan syariat Islam dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Label ini jelas memberikan stigma sekaligus warning bagi negara-negara Islam yang lain, dan ini tentu saja merugikan kepentingan politik umat Islam.
Demikianlah kecanggihan teknologi dan informasi telah mampu membuat information engineering (rekayasa informasi), yaitu rekayasa suatu image menjadi image lain. Sehingga setiap peristiwa politik di Dunia Islam dapat diputarbalikkan sesuai dengan kehendak yang memegang dan mengendalikan informasi, sehimgga umat Islam kerap menjadi tumbal opini pers-pers Barat. Akibatnya berlangsung secara masif proses disformasi terhadap Islam dan umat Islam, yaitu suatu proses penyimpangan informasi dari fakta yang sebenarnya, sehingga masyarakat Barat belum bisa memperolah gambaran yang sebenarnya tentang Islam dan umat Islam. Sayangnya, flood of infoormation yang disebarkan oleh media-media Barat ini sering diterima begitu saja oleh umat Islam dan media-meda lokal, tanpa strategi selektif dan alternatif. Akibatnya umat Islam di Dunia Islam banyak termakan isu-isu dan fitnah-fitnah dan menjadi korban opini murahan. Padahal Allah SWT mengingatkan kita untuk senantiasa tabayyun (check and recheck) dengan sabdaNya :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujarat : 6)
Oleh karena itu, hendaknya ini menyadarkan kita bahwa telah terjadi perang informasi di masyarakat kita dewasa ini. Dan karena itu, hendaknya kita waspadai setiap berita-berita dan istilah-istilah yang dilansir oleh medua-media Barat, terutama yang menyangkut berita-berita Dunia Islam. Di samping, pada saatnya nanti media-media Islam harus mampu mengimbangi pemberitaan-pemberitaan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar